Aspek – aspek yang mempengaruhi akhlak
- Ta’biat adat dan kebiasaan
Adat
/ kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan.Perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan, tidak cukup hanya di
ulang-ulang saja, tetapi harus disertai kesukaan dan kecendrungan hati
terhadapnya.
Segala
perbuatan, baik atau buruk, akan menjadi adat kebiasaan karna dua
faktor: “ kesukaan hati kepada sesuatu pekerjaan dan menerima kesukaan
itu dengan melahirkan sesuatu perbuatan, dan dengan di ulang- ulang
secukupnya”. Adapun berulangnya sesuatu perbuatan saja, (yakni
mengerakkan anggota tubuh dengan perbuatan), tidak ada gunanya dalam
pembentukan adat kebiasaan. Seperti seseorang yang sakit yang
berulang-ulang menelan obat yang sangat pahit yang tidak di sukainya,
mengharap lekas sembuh supaya tidak menelannya lagi, baginya penelanan
obat itu tidak menjadi adat kebiasaan. Seperti seorang
murid yang malas pergi ke sekolah, dia pergi kesekolah hanya karna
tekanan orang tua, sehingga apabila tidak ada tekanan orang tua tersebut
ia tidak mau pergi ke sekolah. Akan tetapi kita melihat peminum minuman
keras yang di ulang- ulangi meminum minuman keras tersebut.
Alasan
dalam contoh ini adalah, bahwa orang yang sakit itu hatinya tidak suka
minum obat, padahal ia ingin sehat kembali. Maka karna kesukaan hati
dalam suatu perbuatan dan mengulanginya tidak nyata ada, sehingga tidak
menjadi adat kebiasaan. Demikian juga seorang murid yang hatinya tidak
suka pergi kesekolah, dimana ia hanya pergi karna tekanan orang tua, hal
itu tidak dikatakan kebiasaan. Ada pun peminum minuman keras yang suka
meminum minuman keras dan kesukaan ini diualng - ulanginya, maka hal
inilah yang menjadi adat kebiasaan.
Mengulangi
sesuatu hal, dengan kesukaan hati saja tidak cukup dikatakan suatu
kebiasaan. Barang siapa yang ingin berulang kali ingin meminum minuman
keras, akan tetapi tidak mengulangi maka hal itu tidak menjadi
kebiasaan. Dengan demikian suatu hal yang akan menjadi suatu adat
kebisaan karna keinginan hati dan dilakukannya, serta di ulang -
ulanginya.
Fungsi kebiasaan adalah:
a. Memudahkan perbuatan
Seperti
percakapan yang kita lakukan, yang menghabiskan beberapa tahun untuk
mempelajarinya, dan mempergunakan kerongkongan, lidah, langit - langit,
dan bibir. Dan terkadang untuk mengucapkan sepatah kata mempergunakan
semua anggota tersebut. Anak kecil berangsur - angsur dari mengucapkan
beberapa huruf yang mudah kepada yang sukar, sehingga terbentuk adat
kebiasaan, dan dapat berbicara dengan tidak terasa sukar sedikitpun.
b. Menghemat waktu dan perhatian
Perbuatan
yang diulang - ulang dan menjadi kebiasaan, maka seseorang dapat
melakukan dalam waktu yang lebih singkat dan tidak menghajatkan kepada
perhatian yang banyak. Contohnya kita menulis, yang membutuhkan beberapa waktu
dan perhatian yang sempurna dan mempersiapkan segala pikiran yang ada,
akan tetapi setelah menjadi kebiasaan dapatlah seseorang menulis
beberapa halaman dalam waktu yang sama ketika ia menulis satu baris, dan
dapat pula sambil menulis pikirannya melayang ke lain jurusan. Maka
kehidupan kita bertambah - tambah ratusan kali karna kebiasaan.
Contoh
lain yaitu, perbandingan antara tangan kanan dan tangan kiri merupakan
kebiasaan yang menjadikan tangan kanan lebih tangkis, lebih cepat
mempelajarinya, dan apabila tangan kanannya hilang, orang dapat
mengerjakan dengan tangan kirinya, apa yang dikerjakan tangan kanannya,
bahkan banyak orang yang hilang kedua tangannya, lalu bisa mengerjakan
dengan kedua kakinya apa yang dahulu dikerjakan dengan kedua tangannya.
Ada beberapa cara untuk dapat merubah kebiasaan yang buruk, yaitu:
a) Berniat sungguh - sungguh.
Niat
tersebut tidak ada perasaan ragu - ragu. Kita harus mau meletakkan diri
ketempat yang cocok dengan kebiasaan yang baik. Kemudian mengikat lawan
adat kebiasaan yang buruk. Janganlah mengulangi perbuatan yang buruk
lagi.kerjakan niat tersebut dengan kekuatan yang besar.
b) Menghindari kebiasaan yang buruk, sekaligus meninggalkannya
c) Carilah waktu yang baik untuk memperbaiki niatmu, kemudian ikutilah segala gerak jiwa yang menolong perbaiki niat tersebut.
d) Jagalah pada dirimu kekuatan
penolak dan peliharalah agar selalu hidup dalam jiwamu, dengan
mendarmakan perbuatan yang kecil-kecil tiap hari, untuk mengekang hawa
nafsumu, karna yang demikian itu dapat menolong engkau untuk menghadapi
segala penderitaan kalau datang waktunya.
2. Insting dan Naluri
Aneka
corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh
potensi kehendak yang dimotori oleh insting seseorang (dalam bahasa arab
disebut gharizah).Insting merupakan seperangkat tabi”at yang dibawa manusia sejak lahir.
Menurut james insting adalah suatau alat yang dapat menimbulkan
perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu
kearah tujuan itu dan tiada dengan didahului latihan perbuatan itu. Para
psikolog menjelaskan bahwa insting (naluri) berfungsi sebagai motivator pengerak yang mendorong lahirnya tingkah laku, antara lain:
a) Naluri makan
Begitu
manusia lahir telah memiliki hasrat makan tanpa didorong oleh orang
lain. Buktinya , begitu bayi lahir ia dapat mencari tetek ibunya dan
mehisap air susu ibunya tanpa diajari lagi.
b) Naluri berjodoh
Laki – laki menginginkan wanita, dan wanita menginginkan laki – laki.dalam Al- Qur’an diterangkan:
14. Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak
(QS. Ali Imran : 14 )
c) Naluri keibubapakan
Ta’biat kecintaan orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya.
d) Naluri berjuang
Ta’biat
manusia yang selalu mempertahankan dirinya, dari gangguan dan
tantangan, jika seseorang diserang oleh musuh, maka ia akan membela
dirinya.
e) Naluri ber-Tuhan
Ta’biat manusia yang merindukan Penciptanya yang memberikan rahmat kepadanya. Naluri ini disalurkan dalam naluri beragama.[5]
Selain
kelima insting tersebut, masih banyak lagi insting yang sering
dikemukakan oleh para ahli psikologi, misalnya insting ingin tahu dan
memberitahu, insting suka bergaul, insting suka meniru, insting takut,
dan lain- lain. Insting merasa takut berpakar para manusia, mengikutinya
mulai masa kanak-kanak sampai masuk liang kubur. Antar insting ini
dengan insting lainnya saling berdesak-desakan. Seperti marah, suka
mencipta, suka mengetahui, dan bercumbu-cunbuan,. Sehingga menghambat
untuk lahirnya insting takut atau menjadikan sebab akan keragu-raguan.
Dengan potensi naluri itulah manusia dapat memproduk aneka corak perilaku
sesuai pula dengan corak instingnya. Prilaku seseorang akan
mencerminkan akhlaknya, jika prilaku baik maka akhlaknya juga baik.
- Pendidikan
Dunia
pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan
perilaku, dan akhlak seseorang. Bebagai ilmu diperkenalkan agar siswa
memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Begitu
pula apabila, siswa diberi pelajaran “AKHLAK”, maka memberi tahu
bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap
sesamanya, dan pernciptanya(Tuhan).
Dengan
demikian , strategis sekali dikalangan pendidiakn dijadikan pusat
perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju keperilaku yang baik.
Maka dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa dijadikan
agent perubahan sikap dan perilaku manusia.
Dari
tenaga pendidik (pengajar) perlu memiki kemampuan profesionallitas
dalam bidangnya. Dia harus mampu memberikan wawasan, materi, mengarahkan
dan membimbing anak didiknya, ke hal yang baik. Dengan penuh perhatian,
sabar, ulet, tekun, dan berusaha terus menerus, pengajar hendaknya
melakukan pendekatan psikologis.
Unsur
lain yang perlu diperhatikan adalah materi pengajaran. Apabila materi
pengajaran yang disampaikan oleh pendidik menyimpang dan mengarah ke
perubahan perilaku yang menyimpang, inilah suatu keburukan dalam
pendidikan. Tetapi sebaliknya, apabila materinya baik dan benar
setidaknya siswa akan terkesan dalam sanubari pribadinya. Bekasan materi
itu akan memotivasi bagaimana harus bertindak yang baik dan benar.
Penguasaan metodologis pengajaran yang dilakukan pendidik juga akan
berperan aktif dalam mempengaruhi akhlak siswa.
Lingkungan
sekolah dalam dunia pendidikan merupakan tempat bertemunya semua watak.
Perilaku dari masing – masing anak yang berlainan. Ada anak yang nakal,
berprilaku baik dan sopan dalam bahasanya, beringas sifatnya, lancar
pembicarannya, pandai pemikirannya dan sebagainya. Kondisi kepribadian
anak yang sedemikian rupa, dalam interaksi antara anak satu, dengan anak
lainnya akan saling mempengaruhi juga pada kerpribadian anak.
Dengan
demikian lingkungan pendidikan sangat memengaruhi jiwa anak didik. Dan
akan diarahkan kemana anak didik dan perkembangan kepribadiannya. Jika
lingkungan pendidikan anak itu baik maka akhlaknya juga baik.
- Lingkungan
Lingkungan
ialah suatu yang melingkupi tubuh yang hidup. Lingkungan manusia
merupakan apa yang melingkunginya dari negeri, lautan, sungai, udara dan
bangsa. Lingkungan ada dua macam yaitu
- Lingkungan alam
Lingkungan alam telah menjadi perhatian para ahli-ahli sejak
zaman Plato sehingga sekarang ini.dengan memberi penjelasan- penjelasan
dan sampai akhirnya membawa pengaruh. Ibnu Chaldun telah menulis dalam
kitab pendahuluannya. Maka tubuh yang hidup tumbuhnya bahkan hidupnya
tergantung pada keadaan lingkungan yang ia hidup didalamnya.
Kalau
lingkungan tidak cocok kepada tubuh, maka tubuh tersebut akan mati.
Udara , cahaya, dan apa yang ada di sungai, serta di lautan sangat
mempengaruhi dalam kesehatan penduduk dan keadaan mereka yang mengenai
akal dan akhlak.
Demikian
juga akal, yakni saling mempengaruhi antara akal dengan lingkungan, dan
antara apa yang melingkunginya. Akal tidak tetap atau meningkat ke atas
kecuali dengan mempergunakan pikirannya dalam keadaan di kanan –
kirinya dan mengambil paedah dari lingkungan yang berada disekitarnya.
- Lingkungan pergaulan
Lingkungan
pergaulan meliputi manusia, seperti rumah, sekolah, pekerjaan,
pemerintah, syiar agama, ideal, keyakinan, pikiran – pikiran, adat
istiadat, pendapat umum, bahasa, kesusastraan, kesenian, pengetahuan dan
akhlak. Pendeknya apa yang dihasilkan oleh kemajuan manusia.
Manusia
pada umumya lebih banyak terpengaruh pada “lingkungan alam”. Apabila ia
telah mendapat sedikit kemajuan, “lingkungan pergaulan”lah yang
menguasainya, sehingga ia dapat mengubah lingkungan atau menyesuaikan
diri kepadanya. Contohnya ketika udara panas ia mengunakan pakaian tipis
dan putih, agar dapat menolak hawa panas, dan membangun rumahnya
menurut aturan tertentu dan dapat menyejukkan.
Walaupun
manusia terpengaruh oleh lingkungan alam atau lingkungan pergaulan
namun dengan akal ia dapat membatasi dan menentukan lingkungan yang
cocok untuknya.
[7] Ahmad Amin, Op. cit h. 41
[8] Mustofa, Op. cit h. 92
No comments:
Post a Comment