Jenny IT Creatif ™

Informasi dan Teknologi Penunjang Kesuksesan Masa Depan

Monday 10 September 2012

Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Akhlak

Aspek – aspek yang mempengaruhi akhlak

  1. Ta’biat  adat dan kebiasaan
Adat / kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.Perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan, tidak cukup hanya di ulang-ulang saja, tetapi harus disertai kesukaan dan kecendrungan hati terhadapnya.
Segala perbuatan, baik atau buruk, akan menjadi adat kebiasaan karna dua faktor: “ kesukaan hati kepada sesuatu pekerjaan dan menerima kesukaan itu dengan melahirkan sesuatu perbuatan, dan dengan di ulang- ulang secukupnya”. Adapun berulangnya sesuatu perbuatan saja, (yakni mengerakkan anggota tubuh dengan perbuatan), tidak ada gunanya dalam pembentukan adat kebiasaan. Seperti seseorang yang sakit yang berulang-ulang menelan obat yang sangat pahit yang tidak di sukainya, mengharap lekas sembuh supaya tidak menelannya lagi, baginya penelanan obat itu tidak menjadi adat kebiasaan. Seperti  seorang murid yang malas pergi ke sekolah, dia pergi kesekolah hanya karna tekanan orang tua, sehingga apabila tidak ada tekanan orang tua tersebut ia tidak mau pergi ke sekolah. Akan tetapi kita melihat peminum minuman keras yang di ulang- ulangi meminum minuman keras tersebut.
Alasan dalam contoh ini adalah, bahwa orang yang sakit itu hatinya tidak suka minum obat, padahal ia ingin sehat kembali. Maka karna kesukaan hati dalam suatu perbuatan dan mengulanginya tidak nyata ada, sehingga tidak menjadi adat kebiasaan. Demikian juga seorang murid yang hatinya tidak suka pergi kesekolah, dimana ia hanya pergi karna tekanan orang tua, hal itu tidak dikatakan kebiasaan. Ada pun peminum minuman keras yang suka meminum minuman keras dan kesukaan ini diualng - ulanginya, maka hal inilah yang menjadi adat kebiasaan.
Mengulangi sesuatu hal, dengan kesukaan hati saja tidak cukup dikatakan suatu kebiasaan. Barang siapa yang ingin berulang kali ingin meminum minuman keras, akan tetapi tidak mengulangi maka hal itu tidak menjadi kebiasaan. Dengan demikian suatu hal yang akan menjadi suatu adat kebisaan karna keinginan hati dan dilakukannya, serta di ulang - ulanginya.

Fungsi kebiasaan  adalah:
a.       Memudahkan perbuatan
Seperti percakapan yang kita lakukan, yang menghabiskan beberapa tahun untuk mempelajarinya, dan mempergunakan kerongkongan, lidah, langit - langit, dan bibir. Dan terkadang untuk mengucapkan sepatah kata mempergunakan semua anggota tersebut. Anak kecil berangsur - angsur dari mengucapkan beberapa huruf yang mudah kepada yang sukar, sehingga terbentuk adat kebiasaan, dan dapat berbicara dengan tidak terasa sukar sedikitpun.

b.      Menghemat waktu dan perhatian
Perbuatan yang diulang - ulang dan menjadi kebiasaan, maka seseorang dapat melakukan dalam waktu yang lebih singkat dan tidak menghajatkan kepada perhatian yang banyak. Contohnya kita menulis,  yang membutuhkan beberapa  waktu dan perhatian yang sempurna dan mempersiapkan segala pikiran yang ada, akan tetapi setelah menjadi kebiasaan dapatlah seseorang menulis beberapa halaman dalam waktu yang sama ketika ia menulis satu baris, dan dapat pula sambil menulis pikirannya melayang ke lain jurusan. Maka kehidupan kita bertambah - tambah ratusan kali karna kebiasaan.
Contoh lain yaitu, perbandingan antara tangan kanan dan tangan kiri merupakan kebiasaan yang menjadikan tangan kanan lebih tangkis, lebih cepat mempelajarinya, dan apabila tangan kanannya hilang, orang dapat mengerjakan dengan tangan kirinya, apa yang dikerjakan tangan kanannya, bahkan banyak orang yang hilang kedua tangannya, lalu bisa mengerjakan dengan kedua kakinya apa yang dahulu dikerjakan dengan kedua tangannya.
Ada beberapa cara untuk dapat merubah kebiasaan yang buruk, yaitu:
a)         Berniat sungguh - sungguh.
Niat tersebut tidak ada perasaan ragu - ragu. Kita harus mau meletakkan diri ketempat yang cocok dengan kebiasaan yang baik. Kemudian mengikat lawan adat kebiasaan yang buruk. Janganlah mengulangi perbuatan yang buruk lagi.kerjakan niat tersebut dengan kekuatan yang besar.
b)        Menghindari kebiasaan  yang buruk, sekaligus meninggalkannya
c)    Carilah waktu yang baik untuk memperbaiki niatmu, kemudian ikutilah segala gerak jiwa yang menolong perbaiki niat tersebut.
d)   Jagalah pada dirimu  kekuatan penolak dan peliharalah agar selalu hidup dalam jiwamu, dengan mendarmakan perbuatan yang kecil-kecil tiap hari, untuk mengekang hawa nafsumu, karna yang demikian itu dapat menolong engkau untuk menghadapi segala penderitaan kalau datang waktunya.

2.        Insting dan Naluri
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh insting seseorang (dalam bahasa arab disebut gharizah).Insting merupakan seperangkat tabi”at yang dibawa manusia sejak lahir. Menurut james insting adalah suatau alat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada dengan didahului latihan perbuatan itu. Para psikolog menjelaskan bahwa insting (naluri) berfungsi  sebagai motivator pengerak yang mendorong lahirnya tingkah laku, antara lain:
a)    Naluri makan
Begitu manusia lahir telah memiliki hasrat makan tanpa didorong oleh orang lain. Buktinya , begitu bayi lahir ia dapat mencari tetek ibunya dan mehisap air susu ibunya tanpa diajari lagi.
b)      Naluri berjodoh
Laki – laki menginginkan wanita, dan wanita menginginkan laki – laki.dalam Al- Qur’an diterangkan:

14.     Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak
(QS. Ali Imran : 14 )

c)      Naluri keibubapakan
Ta’biat kecintaan orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya.
d)     Naluri berjuang
Ta’biat manusia yang selalu mempertahankan dirinya, dari gangguan dan tantangan, jika seseorang diserang oleh musuh, maka ia akan membela dirinya.
e)                                                   Naluri ber-Tuhan
Ta’biat manusia yang merindukan Penciptanya yang memberikan rahmat kepadanya. Naluri ini disalurkan dalam naluri beragama.[5]

Selain kelima insting tersebut, masih banyak lagi insting yang sering dikemukakan oleh para ahli psikologi, misalnya insting ingin tahu dan memberitahu, insting suka bergaul, insting suka meniru, insting takut, dan lain- lain. Insting merasa takut berpakar para manusia, mengikutinya mulai masa kanak-kanak sampai masuk liang kubur. Antar insting ini dengan insting lainnya saling berdesak-desakan. Seperti marah, suka mencipta, suka mengetahui, dan bercumbu-cunbuan,. Sehingga menghambat untuk lahirnya insting takut atau menjadikan sebab akan keragu-raguan.
Dengan potensi naluri itulah manusia dapat memproduk aneka corak  perilaku sesuai pula dengan corak instingnya. Prilaku seseorang akan mencerminkan akhlaknya, jika prilaku baik maka akhlaknya juga baik.

  1. Pendidikan
Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, dan akhlak seseorang. Bebagai ilmu diperkenalkan agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Begitu pula apabila, siswa diberi pelajaran “AKHLAK”, maka memberi tahu bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya, dan pernciptanya(Tuhan).
Dengan demikian , strategis sekali dikalangan pendidiakn dijadikan pusat perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju keperilaku yang baik. Maka dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa dijadikan agent perubahan sikap dan perilaku manusia.
Dari tenaga pendidik (pengajar) perlu memiki kemampuan profesionallitas dalam bidangnya. Dia harus mampu memberikan wawasan, materi, mengarahkan dan membimbing anak didiknya, ke hal yang baik. Dengan penuh perhatian, sabar, ulet, tekun, dan berusaha terus menerus, pengajar hendaknya melakukan pendekatan psikologis.
Unsur lain yang perlu diperhatikan adalah materi pengajaran. Apabila materi pengajaran yang disampaikan oleh pendidik menyimpang dan mengarah ke perubahan perilaku yang menyimpang, inilah suatu keburukan dalam pendidikan. Tetapi sebaliknya, apabila materinya baik dan benar setidaknya siswa akan terkesan dalam sanubari pribadinya. Bekasan materi itu akan memotivasi bagaimana harus bertindak yang baik dan benar. Penguasaan metodologis pengajaran yang dilakukan pendidik juga akan berperan aktif dalam mempengaruhi akhlak siswa.
Lingkungan sekolah dalam dunia pendidikan merupakan tempat bertemunya semua watak. Perilaku dari masing – masing anak yang berlainan. Ada anak yang nakal, berprilaku baik dan sopan dalam bahasanya, beringas sifatnya, lancar pembicarannya, pandai pemikirannya dan sebagainya. Kondisi kepribadian anak yang sedemikian rupa, dalam interaksi antara anak satu, dengan anak lainnya akan saling mempengaruhi juga pada kerpribadian anak. 
Dengan demikian lingkungan pendidikan sangat memengaruhi jiwa anak didik. Dan akan diarahkan kemana anak didik dan perkembangan kepribadiannya. Jika lingkungan pendidikan anak itu baik maka akhlaknya juga baik.



  1. Lingkungan
Lingkungan ialah suatu yang melingkupi tubuh yang hidup. Lingkungan manusia merupakan apa yang melingkunginya dari negeri, lautan, sungai, udara dan bangsa. Lingkungan ada dua macam yaitu
    1. Lingkungan alam
Lingkungan alam telah menjadi perhatian para ahli-ahli  sejak zaman Plato sehingga sekarang ini.dengan memberi penjelasan- penjelasan dan sampai akhirnya membawa pengaruh. Ibnu Chaldun telah menulis dalam kitab pendahuluannya. Maka tubuh yang hidup tumbuhnya bahkan hidupnya tergantung pada keadaan  lingkungan yang ia hidup didalamnya.
Kalau lingkungan tidak cocok kepada tubuh, maka tubuh tersebut akan mati. Udara , cahaya, dan apa yang ada di sungai, serta di lautan sangat mempengaruhi dalam kesehatan penduduk dan keadaan mereka yang mengenai akal dan akhlak.
 Demikian juga akal, yakni saling mempengaruhi antara akal dengan lingkungan, dan antara apa yang melingkunginya. Akal tidak tetap atau meningkat ke atas kecuali dengan mempergunakan pikirannya dalam keadaan di kanan – kirinya dan mengambil paedah dari lingkungan yang berada disekitarnya.

    1. Lingkungan pergaulan
Lingkungan pergaulan meliputi manusia, seperti rumah, sekolah, pekerjaan, pemerintah, syiar agama, ideal, keyakinan, pikiran – pikiran, adat istiadat, pendapat umum, bahasa, kesusastraan, kesenian, pengetahuan dan akhlak. Pendeknya apa yang dihasilkan oleh kemajuan manusia.
Manusia pada umumya lebih banyak terpengaruh pada “lingkungan alam”. Apabila ia telah mendapat sedikit kemajuan, “lingkungan pergaulan”lah yang menguasainya, sehingga ia dapat mengubah lingkungan atau menyesuaikan diri kepadanya. Contohnya ketika udara panas ia mengunakan pakaian tipis dan putih, agar dapat menolak hawa panas, dan membangun rumahnya menurut aturan tertentu dan dapat menyejukkan.
Walaupun manusia terpengaruh oleh lingkungan alam atau lingkungan pergaulan namun dengan akal ia dapat membatasi dan menentukan lingkungan yang cocok untuknya.


                [1] Deswita, Akhlak Tasawuf,   (Batusangkar : STAIN Batusangkar Press, 2010) h. 93
                [2] Ahmad Amin,  Etika Ilmu Akhlak, ( Jakarta: Bulan Bintang,  1952) h. 21
                [3] Ibid. h. 22
                [4] Zahrudin,  Pengantar Studi Akhlak, ( Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada ,  2004 ) h. 93
                [5] Deswita . op. cit. h. 92
                [6] Mustofa,  Akhlak tasawuf , (Bandung: Pustaka Setia, 1999) h. 110
[7] Ahmad Amin,  Op. cit  h. 41
[8] Mustofa, Op. cit  h. 92

No comments:

Post a Comment