Jenny IT Creatif ™

Informasi dan Teknologi Penunjang Kesuksesan Masa Depan

Monday 10 September 2012

Tarekat dan Tasawuf

Latar Belakang Masalah
Zaman sekarang disebut zaman modern, ditandai dengan kemakmuran material, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, serba mekanik dan otomatis. Materi telah mampu memberikan kesenangan dan kenyamanan lahiriyah.Namun, semua itu pada taraf tertentu, telah menimbulkan kebosanan. Bahkan banyak membawa bencana. Salah satunya adalah manusia modern telah dilanda kehampaan spiritual. Di tengah suasana seperti itu, manusia merasakan kerinduan akan nilai-nilai ketuhanan,nilai-nilai ilahiyah, nilai-nilai yang dapat menuntun manusia kembali kepada fitrahnya. Karena itu manusia mulai tertarik untuk mempelajari tasawwuf dan berusaha untuk mengamalkannya.Hal ini terlihat dengan tumbuhnya majlis-majlis pengajian tasawwuf dengan segala amalan-amalan dan dzikir-dzikirnya.
Majlis- majlis tasawwuf inilah yang kemudian populer dengan istilah tarekat.
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi atau aspek spiritualdalam Islam. Dalam kaitannya dengan manusia, tasawuf lebih menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya. Dalam kaitannya dengan kehidupan, ia lebih menekankan kehidupan akhirat ketimbang kehidupan dunia yang fana. Orang yang ahli dalam tasawuf disebut dengan seorang sufi. Seorang sufi menekankan aspek rohaninya daripada aspek jasmaninya. Seorang sufi selalu berusaha untuk dekat dengan Tuhan-nya. Dan untuk mencapai itu, terdapat tingkatannya, yaitu tobat, zuhud, sabar, kerendahan hati, takwa, tawakkal, kerelaan, dan ma'rifat. Dan dalam makalah ini akan mencoba membahas tentang pengertian tarekat dan tasawuf serta hubungan antara keduanya.
II.1    Pengertian Tarekat
Tarekat adalah jalan yang ditempuh menuju keridhaan Allah semata-mata. tarekat berasal dari kata Thoriqoh yang berarti jalan.
Dalam artian jalan yang mengacu kepada suatu sistem latihan meditasi maupun amalan-amalan yang dihubungkan dengan guru sufi. Istilah ini kemudian berkembang menjadi organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khas atau institusi yang menaungi faham tasawuf.
Dengan demikian dapat dimaklumi bahwa tarekat adalah  jalan atau petunjuk jalan atau cara yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan atau maqamat.
Tarekat memiliki dua pengertian yaitu :
*      metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan   kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan.
*      Tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adanya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah,   dari unsur-unsur tersebut, salah satunya yang sangat penting bagi sebuah tarekat adalah silsilah. Silsilah menjadi tolok ukur sebuah tarekat itu muktabarah (dianggap sah) atau tidak.
Sasaran orang yang bertarikat adalah mencari ridha Allah semata dan memurnikan tauhid kepadaNya. Tauhid dijadikan pola pikir, dalam bersikap “Ilahi anta maqshuudii waridhaaka mathluubii” dan dalam bertindak sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadis.
a.      Macam-macam Tarekat
*      Tarekat Naqsyabandiyah
Tarekat Naqsyabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi Al-Uwaisi Al-Bukhari tahun 1389M di Turkistan. Tarekat ini merupakan salah satu tarekat sufi yang paling luas penyebarannya, dan terdapat banyak di wilayah Asia Muslim serta Turki, Bosnia-Herzegovina, dan wilayah Volga Ural.  Ciri yang menonjol dari Tarekat Naqsyabandiyah adalah diikutinya syari’at secara ketat, keseriusan dalam beribadah menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, serta lebih mengutamakan berdzikir dalam hati, dan kecenderungannya semakin kuat ke arah keterlibatan dalam politik (meskipun tidak konsisten).
Penganut Naqsyabandiyah mengenal 11 asas Thariqah. Delapan dari asas itu dirumuskan oleh ‘Abd al-Khaliq Ghuzdawani, sedangkan sisanya adalah penambahan oleh Baha’ al-Din Naqsyaband.  
1.            Asas-asasnya ‘Abd al-Khaliq adalah :
*            Hush dar dam yaitu sadar sewaktu bernafas
*            Nazar bar qadam yaitu menjaga langkah sewaktu berjalan.
*            Safar dar watan yaitu melakukan perjalanan di tanah kelahirannya
*            Khalwat dar anjuman yaitu sepi di tengah keramaian
*            Yad kard yaitu ingat atau menyebut. Terus-menerus mengulangi nama Allah yang biasa disebut dengan dzikir. Oleh sebab itu, bagi penganut Naqsyabandiyah, dzikir itu tidak dilakukan sebatas berjama`ah ataupun sendirian sehabis shalat, tetapi harus terus-menerus, agar di dalam hati bersemayam kesadaran akan Allah yang permanen.
*            Baz gasyt yaitu kembali atau memperbarui. Demi mengendalikan hati supaya tidak condong kepada hal-hal yang menyimpang (melantur)
*            Nigah dasyt yaitu  waspada untu menjaga pikiran dan perasaan terus-menerus sewaktu melakukan dzikir tauhid.  
*          Yad dasyt: mengingat kembali


2.      Asas-asas Tambahan dari Baha al-Din Naqsyabandiyah:
*      Wuquf-i zamani yaitu memeriksa penggunaan waktu seseorang
*      Wuquf-i ‘adadi yaitu memeriksa hitungan dzikir seseorang
*      Wuquf-i qalbi yaitu menjaga hati tetap terkontrol
Teknik dasar Naqsyabandiyah, seperti kebanyakan tarekat lainnya, adalah dzikir yaitu berulang-ulang menyebut nama Tuhan ataupun menyatakan kalimat la ilaha illallah. Tujuan latihan itu ialah untuk mencapai kesadaran akan Tuhan yang lebih langsung dan permanen.
1.      Tarekat Naqsyabandiyah membedakan dirinya dengan aliran lain dalam hal dzikir yang lazimnya adalah dzikir diam (khafi, “tersembunyi”, atau qalbi, ” dalam
2.      jumlah hitungan dzikir yang mesti diamalkan lebih banyak pada Tarekat Naqsyabandiyah dari pada kebanyakan tarekat lain.
*      Tarekat Qodiriyah
Qodiriyah adalah nama sebuah tarekat yang didirikan oleh Syeikh Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani Al Baghdadi (1077-1166M). Tarekat Qodiriyah berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria kemudian diikuti oleh jutaan umat muslim yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia.
Syekh Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qodir Al-Jaelani Al-Baghdadi, ini adalah urutan ke 17 dari rantai mata emas mursyid tarekat.  Tarekat Qodiriyah ini dikenal luwes, yaitu bila murid sudah mencapai derajat syekh, maka murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya. Bahkan dia berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya. Hal itu seperti tampak pada ungkapan Abdul Qadir Jaelani sendiri, “Bahwa murid yang sudah mencapai derajat gurunya, maka dia jadi mandiri sebagai syeikh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk seterusnya. Tarekat ini  mementingkan kasih sayang terhadap semua makhluk, rendah hati dan menjauhi fanatisme dalam keagamaan maupun politik. Keistimewaan tarekatnya ialah zikir dengan menyebut-nyebut nama Tuhan.  Ada anggapan membaca Manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jilani pada tanggal 10 malam tiap bulan bisa melepaskan kemiskinan. Karena itu manaqibnya populer, baik di Jawa maupun Sumatera. Adapun asas-asas dalam tarekat Qodiriyah ialah bercita-cita tinggi, melaksanakan cita-cita, membesarkan nikmat, memelihara kehormatan dan memperbaiki khidmat kepada Allah SWT. Sedangkan wirid dan zikir yang dilafalkan ialah “Lailahaillallahu” dengan berdiri sambil bersenam, mengepalkan tangan ke samping, ke depan, ke muka dengan badan yang sigap, dan putus ingatan dengan yang lain, kecuali hanya kepada Allah SWT.
b.      Tarekat dalam system ajaran islam
Tarekat merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Islam tanpa tarekat bukanlah Islam kaffah sebagai yang diajarkan Rasulullah Saw. Islam kaffah adalah Islam yang terpadu di dalamnya aspek akidah, syari’ah dan haqiqah.tarekat qadiriyyah wa an-Naqsabandiyah adalah salah satu alian dalam tasawuf yang substansi ajarnnya merupakan gabungan dari dua tarekat yaitu Qadiriyyah dan naqsabandiyah. Secara keilmuan dari aqidah lahir ilmu aqa’id, ilmu tauhid, teologi Islam dan ilmu kalam, dari syariah lahir ilmu Fikih dengan segala cabangnya dan dari aspek haqiqah lahir ilmu tasawuf dan tarekat. Arti dasar tarekat adalah jalan. Dan yang dimaksud adalah jalan yang mesti dilalui oleh seorang salik utuk menuju pintu-pintu tuhan. Imam Malik berkata sebagai dikutip oleh Imam al-Gazali “Barang siapa bertasawuf tanpa fikih maka dia zindik dan barang siapa berfikih tanpa tasawuf maka ia masih fasik dan barang siapa yang berislam dengan memadukan antara fikih dan tasawuf benarlah dia dalam berislam
II.2      Pengertian Tasawuf
             Definisi tasawuf satu dengan yang lainnya berbeda-beda tergantung dari sisi mana si pakar tadi meninjaunya. Ada yang melihat dari sisi sejarah kemunculannya, ada yang melihat dari sisi fenomenan sosial di abad klasik dan pertengahan, juga ada yang melihatnya dari sisi substansi ajarannya dan ada juga yang melihat dari sisi tujuannya.
a.      Asal-usul Tasawuf
*      Teori pertama :  menyatakan bahwa secara etimologis tasawuf diambil dari kata “Suffah” yaitu sebuah tempat di mesjid Rasulullah Saw. (Mesjid Nabawi) yang dihuni oleh sekelompok sahabat yang hidup zuhud yang konsentrasi beribadah kepada Allah sambl menimba ilmu dari Rasulullah.
*      Teori kedua, menyatakan bahwa tasawuf diambil dari kata “sifat” dengan alasan bahwa para sufi suka membahas sifat-sifat Allah sekaligus mengaplikasikan sifat-sifat Allah tersebut dalam perilaku mereka sehari-hari.
*      Teori ketiga berpendapat bahwa kata “tasawuf” daiambil dari akar kata “sufah” artinya selembar bulu, sebab para sufi dihadapan Tuhannya merasa begaikan selembar bulu yang terpisah dari kesatuannya yang tidak mempunyai nilai apa-apa.
*      Teori keempat menyatakan bahwa “tasawuf” diambil dari kata “shofia” yang artinya al-hikmah (bijaksana) sebab para sufi selalu mencari hikmah ilahiyah dalam kehidupannya.
*       Teori kelima, sebagaimana dikemukakan oleh al-Busti seorang fakar tasawuf, menyatakan bahwa taswuf berasal dari kata “as-safa” yang artinya suci, bersih dan murni, sebab para sufi membersihkan jiwanya hingga berada dalam kondisi suci dan bersih. Ada juga teori yang menyatakan bahwa tasawuf berasal dari akar kata “suf” yang artinya bulu domba (wool), dengan argumentasi wool kasar yang terbuat dari bulu binatang sebagai tanda kesederhanaan hidup mereka.
b.       Pengertian Tasawuf secara Terminologis
v  Menurut Muhammad bin Ali al-Qasab, guru Imam Junaidi al-Bagdadi,
“tasawuf adalah akhlak mulia yang nampak di zaman yang mulia dari seorang manusia mulia bersama kaum yang mulia”.
v  Menurut al-junaidi al-baghdadi, tasawuf adalah
                      “Engkau ada bersama Allah tanpa ‘alaqah (tanpa perantara)”.
v  menurut Usman al-Makki bahwa tasawuf adalah keadaan dimana seorang hamba         setiap waktu melakukan perbuatan (amal) yang lebih baik dari waktu sebelumnya.
v  Menurut Sarri as-saqiti, tasawuf adalaah “suatu nama bagi tiga makna  yakni :
(1) nur ma’rifat nya tidak memadamkan cahaya kewaraannya,
(2) tidak berbicara tentang ilmu batin yang bertentangan dengan makna zahir al-Kitab atau   sunnah,
(3) tidak terbawa oleh karomahnya untuk melanggar larangan Allah”.
v  Syekh Abdul Qodir al-Jilani berpendapat bahwa taswuf adalah mensucika hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan kholwah, riyadoh dan terus-menerus berdzikir dengan dilandasi iman yang benar, mahabbah, taubat dan ikhlas.
Sedangkan secara umum ilmu tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui keadaan jiwa manusia, terpuji atau tercela, bagaimana cara-cara mensucikan jiwa dari berbagai sifat yang tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan bagaimana cara mencapai jalan menuju Allah.
c.       Objek ilmu tasawuf
Obyek ilmu taswuf adalah perbuatan hati dan panca indera ditinjau dari segi cara pensuciannya.
d.      Buah Ilmu tasawuf
Buah taswuf adalah terdidiknya hati mengetahui (ma’rifah) terhadap ilmu gaib secara rohani, selamatdi dunia dan bahagia di akhirat, dengan mendapat keridhaan Allah
e.      Keutamaan Ilmu tasawuf
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang paling mulia karena berkaitan dengan ma’rifah kepada Allah ta’ala dan mahabbah kepada-Nya
f.        Hubungan Ilmu tasawuf dengan Ilmu lain-Nya
Nisbah ilmu taswuf terhadap ilmu yang lain bagaikan nisbah ruh bagi jasad. Ilmu tasawuf adalah ruh, sementara ilmu yang lain adalah jasad. Jasad tidaklah dapat hidup tanpa ruh
g.      Pencipta ilmu tasawuf
Pencipta ilmu tasawuf adalah Allah Tabaraka wa Ta’ala. Allah menciptakan ilmu ini kepada Rasulullah dan para Nabi sebelumnya
h.      Nama-nama ilmu tasawuf
Ilmu tasawuf mempunyai beberapa nama antara lain:
1.      Ilmu batin
2.      Ilmu al-qalbi
3.      Ilmu laduni
4.      Ilmu mukasyafah
5.      Ilmu asrar
6.      Ilmu maknun
7.      Ilmu hakikat

i.        Pilar Ilmu tasawuf
 Pilar ilmu tasawuf ada lima perkara yaitu :
v  Taqwallah (bertakwa kepada Allah) baik sewaktu sirr maupun ‘alabiyah (terbuka).
v  Mengikuti Sunnah baik qauli maupun fi’li serta mengaktualisasikannya dalam penjagaan diri dan akhlak yang baik.
v  Berpaling dari makhluk yang diwujudkan dalam sikap sabar dan tawakkal.
Rida terhadap ketentuan Allah yang diwujudkan dengan sikap qona’ah dan menerima (tafwid).
v  Kembali kepada Allah baik sikala senang maupun di waktu susah.
j.        Sumber ilmu tasawuf
Ilmu tasawuf diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Juga dari atsar assabitah (jejak yang sudah tetap) dari umat-umat pilihan di masa silam.
k.      Hukum mempelajari tasawuf
Hukum mempelajarai ilmu tasawuf adalah wajib ain artinya kewajiban yang mengikat kepada setiap individu muslim.
Oleh karena itu, sebagian ulama ahli ma’rifah berkata “Barang siapa yang tidak memiliki ilmu ini sedikitpun (ilmu batin), aku hawatir ia berakhir dengan su’ul khatimah”. Paling tidak seorang mukmin harus membenarkan akan ilmu ini dan menyerahkan kepada ahlinya.
l.        Masalah-masalah yang dibahas dalam ilmu tasawuf
Masalah inti yang dibahas dalam ilmu tasawuf adalah sifat-sifat jiwa manusia, cara-cara pensucian jiwa, dan penjelasan istilah-istilah yang khas dalam disiplin ilmu ini misalnya; maqamat, taubat, zuhud, wara’, al-mahabbah, fana baqa dan yang lainnya.
II.3     Perkembangan ilmu tasawuf 
Secara keilmuan, tasawuf adalah disiplin ilmu yang baru dalam syari’at Islam,  demikian menurut Ibnu Khaldun. Adapaun asal-usul tasawuf menurutnya adalah konsentrasi ibadah kepada Allah, meninggalkan kemewahan dan keindahan dunia dan menjauhkan diri dari akhluk. Ketika kehidupan materialistik mulai mencuat dalam peri kehidupan masyarakat muslim pada abad kedua dan ketiga hijriyyah sebagai akibat dari kemajuan ekonomi di dunia Islam, orang-orang yang konsentrasi beribadah dan menjauhkan diri dari hiruk pikuknya kehidupan dunia disebutlah kaum sufi.
Berbeda dengan Ibnu Khaldun, Muhammad Iqbal dalam bukunya “Tajdid al-Fikr ad-Dini al-Islam” berpendapat bahwa tasawuf telah ada semenjak Nabi. Riyadoh Diniyyah telah lama menyertai kehidupan manusia sejak awal-awal Islam bahkan kehidupan ini semakin mengental didalam sejarah kemanusiaan. Menurut sebagian fakar, Imam Ali bin Abi Thalib adalah orang pertama yang memunculkan istilah taswuf.
Islam, iman dan ihsan adalah landasan untuk melakukan suluk dan taqqarub kepada Allah. ‘Iz bin Abdissalam berpendapat bahwa sistematika keberagamaan bagi kaum muslimin, yang pertama adalah Islam. Islam merupakan tingkat pertama beragama bagi kaum awam. Iman adalah tingkatan pertama bagi hati orang khusus kaum mukminin, sedangkan ihsan adalah tingkatan pertama bagi ruh kaum muqarribin.

II.4     Rukun tasawuf
Al-Kalabazi dengan mengutip pendapat Abu al-Hasan Muhammad bin Ahmad al-Farisi menerangkan bahwa rukun tasawuf ada sepuluh macam, antara lain :
1.          Tajrid at-Tauhid (memurnikan tauhid)
2.           Memahami informasi. Maksudnya mendengar tingkah laku bukan hanya mendengar ilmu saja.
3.           Baik dalam pergaulan.
4.           Mengutamakan kepentingan orang banyak ketimbang kepentingan diri sendiri.
5.          Meninggalkan banyak pilihan.
6.           Ada kesinambungan antara pemenuhan kepentingan lahir dan batin.
7.          Membuka jiwa terhadap intuisi (ilham).
8.           Banyak melakukan bepergian untuk menyaksikan keagungan alam ciptaan Tuhan sekaligus mengambil pelajaran.
9.          Meninggalkan iktisab untuk menumbuhkan tawakkal.
10.      Meninggalkan iddikhar (banyak simpanan) dalam keadaan tertentu kecuali dalam rangka mencari ilmu.
II.5     Hubungan antara tarekat dan tasawuf
Tarekat  merupakan intipati pelajaran Ilmu Tasawwuf, yang mana dengannya seseorang itu dapat menyucikan dirinya dari segala sifat-sifat yang keji dan menggantikannya dengan sifat-sifat akhlak yang terpuji. Ia juga merupakan Batin bagi Syari’at yang mana dengannya seseorang itu dapat memahami hakekat amalan-amalan salih di dalam Agama Islam. Tarekat tidak membicarakan filsafat tasawuf, tetapi merupakan amalan (tasawuf) atau prakarsanya. Pengalaman tarekat merupakan suatu kepatuhan secara ketat kepada peraturan-peraturan syari`at Islam dan mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, baik yang bersi­fat ritual maupun sosial, yaitu dengan menjalankan praktek-prak­tek dan mengerjakan amalan yang bersifat sunat, baik sebelum maupun sesudah sholat wajib, dan mempratekkan riyadah.
Dengan demikian, tampaklah hubungan  yang  erat antara tasawuf dan  tarekat, bahwa antara keduanya tampak sulit dibedakan dan tak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. 
Tasawuf adalah sebuah ideologi dari institusi yang menaunginya, yaitu  tarekat. Atau dengan kata lain, tarekat merupakan madzhab-madzhab dalam tasawuf. Dan tarekat merupakan  implementasi dari suatu ajaran tasawuf yang kemudian berkembang menjadi sebuah organisasi sufi dalam rangka mengimplementasikan suatu ajaran tasawwuf secara bersama-sama.


No comments:

Post a Comment