Jenny IT Creatif ™

Informasi dan Teknologi Penunjang Kesuksesan Masa Depan

Monday 10 September 2012

ALIRAN ASY’ARIYAH

munculnya aliran asy’ariyah ini sebagai reaksi dari doktrin-doktrin mu’tazilah yang mereka anggap sesat, dan ada kaitannya dengan sikap ahmad bin hanbal, yaitu salah satu dari beberapa ulama yang bertahan dari siksaan penguasa-pengusa mu’tazilah agar mengakui mu’tazilah sebagai paham yang resmi, dan agar mengakui al-qur’an sebagai makhluk, tapi karena keyakinannya dan kekuatannya untuk melawan semua itu, ia sempat mendekap dalam penjara selama 30 bulan pada masa umaiyah dan abbasiyah yang mana khalifahnya berfaham mu’tazilah.
pemuka-pemuka agama yang sepaham dengan ahmad bin hambal menemui ajalnya dengan hukuman bunuh, tetapi al-mu’tasim dan al-wasiq, yaitu orang-orang umaiyah dan abbasiyah tidak berani melakukan itu terhadap ahmad bin hanbal. akhirnya almutawakkil membatalkan pemakaian aliran mu’tazilah sebagai mazhab resmi Negara di tahun 848 m. semenjak itulah menurunnya pengaruh mu’tazilah.
disisi lain yang mendukung lahirnya aliran asy’ariyah adalah karena kaum mu’tazilah tidak terlalu banyak berpegang pada sunnah dan tradisi, bukan karena tidak percaya pada tradisi nabi dan sahabat , tetapi karena mereka ragu akan keorisinilan hadits-hadits yang mengandung sunnah dan tradisi itu. 
 
A.   Pencetus Aliran Asy’ariyah
Aliran Asy’ariyah muncul ketika dalam perkembangan aliran Mu’tazilah mulai melemah akibat reaksi umat yang telah meninggalkannya. keadaan ini lebih di perburuk lagi lebih-lebih ketika khalifah al mutawakkil (khalifah Abbasiyah) membatalkan pemakaian aliran Mu’tazilah sebagai firqah Negara di tahun 484 M.
dalam situasi ini pada akhir abad ke tiga Hijriah, akhirnya lahirlah dua orang yang menjadi pahlawan di dalam membela kebenaran, menyelamatkan umat Islam di paham yang sesat adan menyesatkan. dua orang tokoh itu adalah abu hasan al asy’ari, dan abu Mansur Almaturidi. dengan kata lain Asy’ari keluar dari golongan mu’tazilah sekitar tahun 300 h dan selanjutnya membentuk aliran teologi yang kemudian di kenal dengan namanya sendiri yaitu Asy’ariyah.
nama lengkap Asy’ariyah adalah Abu al-Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari, di lahirkan di kota Bashrah (Irak) pada tahun 260/873 m dan wafat pada tahun 324/935 m. waktu kecilnya menjadi murid setia dari Abu Ali al-Jubai  yang merupakan seorang tokoh Mu’tazilah. aliran Mu’tazilah ini dianut oleh al Asy’ari sampai berusia 40 tahun dan banyak mengarang buku-buku tentang ke Mu’tazilah.
Setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan Abu Ali Al-Jubba’i, salah seorang pembesar Muktazilah. Hal itu menjadikan otaknya terasah dengan permasalahan kalam sehingga ia menguasai betul berbagai metodenya dan kelak hal itu menjadi senjata baginya untuk membantah kelompok Muktazilah.
ketika al-Asy’ari berusia 40 tahun, ia mengasingkan diri dari orang banyak, kemudian ia pergi ke mesjid basyrah untuk menyatakan di depoan orang banyak bahwa ia semula memeluk paham Mu’tazilah  seperti mengatakan al-qur’an itu makhluk, Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala di akhirat, manusia sendiri yang menciptakan pekerjaan dan keburukan, ia mengatakan bahwa ia tidak lagi mengikuti faham-faham tersebut dan ia harus menunjukkan kelemahan ajaran Mu’tazilah.
diantara kelemahan Mu’tazilah menurut Asy’ari terlihat dari percakapannya sewaktu ia membantah gurunya tentang ajaran ‘Al-asylah’(keharusan mengerjakan yang baik bagi tuhan )dari mu’tazilah, percakapan itu adalah :
Al-asy’ari        :bagaiman pendapat tuan tentang orang mu’min, orang kafir, dan anak kecil yang mati?
Al-jubai           :orang mu’min mendapat tingkatan yang tertinggi atau surga, orang kafir masuk neraka, dan anak kecil termasuk orang yang selamat.
al-asy’ari          :jika anak kecil tersebut ingin mencapai tingkatan tertinggi, dapatkah ia mencapainya ?
al-juba’I           :tidak dapat karena akan di katakana kepadanya “orang mu’min tersebut mendapatkan tingkatan tertinggikarena ia menjalankan keta’atan, sedangkan engkau tidak menjalankan hal demikian
al-asy’ari          :anak kecil itu akan menjawab :itu bukan salah saya sekiranya tuhan menghidupkan saya sampai dewasa, tentu saya akan mengerjakannya seperti orang mu’min tersebut.
al-jubai            : tuhan akan berkata :aku lebih atahu tentang engkau, kalau engkau hidup sampai dewasa tentu akan mendurhakai aku dan aku akan menyiksa engkau. jadi aku mengambil yang lebih baik bagimu dengan mematikan engkau sebelum dewasa”
al-asy’ari          :jika orang kafir tersebut berkata: ya tuhan engkau mengetahui keadaanku dan anak kecil tersebut, mengapa terhadap akau engkau tidak mengambil tindakan yang lebih baik bagiku dengan di matikan waktu kecil
al-jubai            : terdiam dan tidak dapat menjawab lagi
            tidak terbatas pada itu saja alasan asy’ari meninggalkan aliaran mu’tazilah, selain karena ketidak puasannya dengan konsep aliran tersebut, tetapi juga karena melihat perpechan yang terjadi dikalangan umat islam yang bisa menghancurkan mereka jika tidak di akhiri. asy’ari sangat mengkhawatirkan al-qur’an menjadi korban paham mu’tazilah yang melakukan berbagai macam interpretasi yang sebagian tidak dapat dibenarkan , karena didasarkan pada pemikiran semata, dengan meninggalkan ruh dari nash-nash itu. asy’ari mengambil jalan modered antara golongan rasionalis mu’tazilah dengan golongan tekstualis yang dipegangi mayoritas umat islam.
jadi terlihat ikhlasnya perjuangan asy’ari sebagai pencetus aliran asy’ariyah demi menjaga keutuhan umat dan kesucian ajaran agama islam

B.   Tokoh-Tokoh dan Konsep Ajarannya
salah satu unsure kemajuan aliran asy’ari ialah karena banyak diantara pengikut-pengikutnya orang terkemuka yang mengkonsentrasikan ajaran-ajaran atas dasar filsafat metafisika. Tokoh-tokoh itu adalah al-baqillani, al-Juaini, al-Ghazali, dan Assanusi

1.      Al-Baqillani
nama lengkapnya adalah abu bakar Muhammad bin tayyib, ia dilahirkan di basyrah dan wafat pada tahun 403 h/1031 m. beliau amat cerdas dan merupakan seorang pejuang islam. kitabnya yang terkenal ialah At-Tamhid (pendahuluan/persiapan). dalam kitab ini dijelaskan beberapa persyaratan sebelum mempelajari ilmu kalam, antara lain pembicaraan jauhar(atom) dan cara pembuktian.
jauhar adalah suatu yang mungkin, bisa merupakan wujud dan bisa juga merupakan tidak wujud seperti aradl dan jissimyang kesemuanya itu di wujudkan allah. setiap aradl mempunyai lawan aradl misalnya hidup lawannya mati , baik lawannya buruk, panas lawannya dingin, dan sebagainya.
dari pendapat di atas mengakibatkan bahwa dalam alam ini tidak ada hokum yang pasti seperti yang dikatakan mu’tazilah, karena penggantian dan penggabungan aradl tidak terjadi secara otomatis menurut tabi’atnya, tetapi karena allah. di sinilah bisa terjadi adanya mu’jizat allah karena mu’jizat terjadi akibatkhawariqul adah (keluar kebiasaannya) yaitu keluar dari hokum kausalitas (sebab-akibat)
pengingkaran terhadap hokum kausalitas ini menjadi dasar dari aliran asy’ari, sehingga orang yang menganut hokum ini sering menghubungkan dengan kekuatan bekerja, mewujudkan kepada sebab-sebab lahir.orang ini di hukumkan kafir oleh oleh kaum asy’ari.    
2.      Al-Juaini
nama lengkapnya adalah abu al-ma’aly bin abdillah, ia di lahirkan di naisabur yang kemudian berpindah ke bagdad. kemudian ia pindah ke hejaz karena dibenci oleh ahli-ahli haditsdisebabkan beliau terlalu menjunjung tinggi kekuatan akal. ia kembali ke naisabur setelah diminta pulang oleh nizam al-mulk untuk memberikan pelajaran khusus paham asy’ariyah diperguruan yang didirikan oleh nizam tersebut yang di beri nama madrasah nizamiah.
al-juwaini adalah orang pertama yang berpendapat bahwa alam ini baru (dahulunya tidak ada, atau adanya didahului oleh tidak ada). al-juwaini membagi sifat tuhan kepada dua macam yaitu :
a.       sifat nafsiyah, yaitu yang ada pada zat tuhan tanpa ‘ilat.
b.      sifat maknawiyah, yaitu sifat yang timbul sebagai kelanjutan sifat nafsiyah.
al-juwaini membuktikan wujud tuhan dengan wujudnya makhluk. terhadap ayat-ayat mutasyabihat ia mempergunakan ta’wil sebagai sutu keharusan.
3.      Al-Ghazali
nama lengkapnya adalah abu hamid bin Muhammad al-ghazali, ia dilahirkan di kota  tus-khurasan, ia merupakan murid dari al-juwaini. jabatan yang pernah di pegangnya adalah mengajar di sekolah nizamiyah Baghdad.
al-ghazali adalah seorang ahli fikir islam yang terkenal dan paling banyak pengaruhnya. kegiatan ilmiahnya meliputi berbagai lapangan antara lain logika, jadad (ilmu berdebat). fiqh dan ushul-nya, ilmu kalam, filsafat dan tasawuf.
kedudukan al-ghazali dalam aliran asy’ariyah sangat penting, karena iia telah meninjau semua persoalan yang telah ada dan memberikan pendapat-pendapatnya yang hingga kini masih dipegangi ulama-ulama islam, yang karenanya ia mendapat gelar ‘hujjatul islam’
diantara kitab dari al-ghazali ini berisi pernyataan simpatik terhadap ilmu kalam, ilmu kalam tidak lain sifatnya sebagai obat, yang meskipun berguna bagi suatu penyakit, tetapi belum tentu berguna bagi penyakit lainnya, malahan bisa membahayakan, apalagi sebagian bidang dari ilmu ini tidak lagi membicarakan hal-hal yang bertalian dengan agama.
bagaimanapun sikap al-ghazali terhadap ilmu kalam, namun ia masih tetap setia kepada pokok-pokok persoalan yang pernah dibahas oleh al-asy’ari, disamping memperluas dan memperdalam lapangan pembicaraannya dan memperbaharui metodenya, seperti melanjutkan penggunaan metode logika aristo. metode yang baru itu Nampak jelas dalam kitabnya “tahafud al-falasiyah, al-ra’du ala al-batiniyah, al-istishad fi ilmi al-I’tikad dan ar-risalah al-qudsiyah, dll.
memang sukar untuk menebak konsistensi sikap dari al-ghazali ini, karena logikanya yang luas dan penyelidikannya yang bebas , ia lebih tepat dikatakan pengikut mu’tazilah, bukan pengikut asy’ariyah, tetapi disisi lain ia mencela para filosof, karena bermain-main dengan barang yang suci. pada akhirnya tasawuflah jalan satu-satunya yang ditempuh al-ghazali untuk mengabdikan dirinya kepada tuhan.
 
4.      Al-Sanusi
nama lengkapnya adalah abu abdillah Muhammad bin yusuf, ia dilahirkan di tilimisan sebuah kota di aljazair. ia belajar pada ayahnya sendiri dan orang-orang lain terkemuka di negerinya, kemudian melanjutkan pelajarannya dikota al-jazair pada seorang ahli bernama abdul rahman ats-tsa’aliby.
ia adalah pembangun islam, karena jasa dan karyanya yang banyak dalam lapangan aqidah dan ketuhanan (ilmu tauhid). adapun kitab-kitabnya yang terkenal adalah “aqidah ahli al tauhid” dengan syrahnya “umdah ahli al-taufiq wa al-tasydid”(pegangan ahli kebenaran), maksudnya ahli sunnah.dan kitab ummul barahin disebut juga “risalah al-sanusiyah”, ini merupakan bukunya yang terakhir yang memberi pengaruh yang besar dalam dunia asy’ariyah, sehingga banyak yang memberikan ulasan terhadap kitab tersebut, karena didalamnya terdapat pembagian sifat-sifat tuhan, rasul-rasulnya kepada jumlah tertentu, dan membaginya kepada yang wajib, mustahil dan jaiz. buku ini sangat di gemari di  Indonesia, karena kepraktisannya, sehingga aliran asy’ariyah atau ahli sunnah yang ada di negri ini adalah yang bercocok sanusiyah.

C.   Ulasan Terhadap Aliran Asy’ariyah
pokok-pokok pikiran imam asy’ari dan tokoh-tokohnya merupakan jalan tengah antara golongan rasionalis dan tekstualis. setelah mereka mempercayai isi al-qur’an dan hadits ia mencari alasan-alasan dari akal untuk memperkuatnya. jadi mereka tidak menganggap akal sebagai hakim atas nash-nash agama untuk menta’wilkan dan melampaui ketentuan arti lahirnya, melainkan dijadikan penguat arti lahir nash tersebut. mereka juga tidak meninggalkan cara yang lazim dipakai oleh ahli filsafat dan logika, sesuai dengan alam pikiran dan selera masanya.
aliran asy’ariyah sepeninggal pendirinya mengalami perkembangan dan perubahan yang cepat, karena pada akhirnya aliran ini cendrung kepada segi akal murni yang mendahulukannya dari pada nash dan memberinya tempat yang lebih luas. pada saat itu al-juwaini telah berani memberikan ta’wilan terhadap ayat-ayat mutasyabihat, sedangkan bagi alghazali pertalian antara dalil aqal dan naqal adalah kalau dalil aqal merupakan suatu fundamen bagi suatu bangunan, maka dalil-dalil syara’ merupakan bangunan itu sendiri
kecendrungan inilah yang menyebabkan mengapa orang-orang pengikut mazhab hanbali (ahlu sunnah) merasa tidak puas terhadap aliran asy’ariyah dan menganggap aliran ini telah sesat (bid’ah), sehingga aliran ini dimusuhi dengan mengadakan perlawanan yang sengit , seperti yang telah dilakukannya terhadap aliran mu’tazilah dan puncak perlawanan terjadi pada ibnu taimiyah.
kegiatan asy’ariyah sesudah adanya permusuhan ini menjadi berkurang sehingga datang mizamul mulk, seorang mentri saljuk yang mendirikan dua sekolah terkenal dengan namanya, yaitu nizamiyah di nizabur dan di Baghdad. didua sekolah ini hanya aliran asy’ariyah saja yang boleh diajarkan . sejak saat itu aliran asy’ariyah menjadi aliran resmi Negara  dan golongan asy’ari menjadi golongan ahli sunnah.
bagaimanapun juga prinsip yang dipegang aliran ini , namun aliran ini dapat menggantikan aliran mu’tazilah serta tempat tumbuhnya bibit pemula munculnya aliran-aliran dibelakangnya,seperti maturidiyah, ahlu sunnah wal jama’ah, aliran salaf dan aliran wahabiyah yang dipegang oleh kebanyakan kaum muslimin sampai sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

A.Malik,Ridwan.2007.Tauhid Ilmu Kalam.Batusangkar:Stain Batusangkar Press

No comments:

Post a Comment