munculnya aliran
asy’ariyah ini sebagai reaksi dari doktrin-doktrin mu’tazilah yang
mereka anggap sesat, dan ada kaitannya dengan sikap ahmad bin hanbal,
yaitu salah satu dari beberapa ulama yang bertahan dari siksaan
penguasa-pengusa mu’tazilah agar mengakui mu’tazilah sebagai paham yang
resmi, dan agar mengakui al-qur’an sebagai makhluk, tapi karena
keyakinannya dan kekuatannya untuk melawan semua itu, ia sempat mendekap
dalam penjara selama 30 bulan pada masa umaiyah dan abbasiyah yang mana
khalifahnya berfaham mu’tazilah.
pemuka-pemuka
agama yang sepaham dengan ahmad bin hambal menemui ajalnya dengan
hukuman bunuh, tetapi al-mu’tasim dan al-wasiq, yaitu orang-orang
umaiyah dan abbasiyah tidak berani melakukan itu terhadap ahmad bin
hanbal. akhirnya almutawakkil membatalkan pemakaian aliran mu’tazilah
sebagai mazhab resmi Negara di tahun 848 m. semenjak itulah menurunnya
pengaruh mu’tazilah.
disisi
lain yang mendukung lahirnya aliran asy’ariyah adalah karena kaum
mu’tazilah tidak terlalu banyak berpegang pada sunnah dan tradisi, bukan
karena tidak percaya pada tradisi nabi dan sahabat , tetapi karena
mereka ragu akan keorisinilan hadits-hadits yang mengandung sunnah dan
tradisi itu.
A. Pencetus Aliran Asy’ariyah
Aliran
Asy’ariyah muncul ketika dalam perkembangan aliran Mu’tazilah mulai
melemah akibat reaksi umat yang telah meninggalkannya. keadaan ini lebih
di perburuk lagi lebih-lebih ketika khalifah al mutawakkil (khalifah
Abbasiyah) membatalkan pemakaian aliran Mu’tazilah sebagai firqah Negara
di tahun 484 M.
dalam
situasi ini pada akhir abad ke tiga Hijriah, akhirnya lahirlah dua
orang yang menjadi pahlawan di dalam membela kebenaran, menyelamatkan
umat Islam di paham yang sesat adan menyesatkan. dua orang tokoh itu
adalah abu hasan al asy’ari, dan abu Mansur Almaturidi. dengan kata lain
Asy’ari keluar dari golongan mu’tazilah sekitar tahun 300 h dan
selanjutnya membentuk aliran teologi yang kemudian di kenal dengan
namanya sendiri yaitu Asy’ariyah.
nama
lengkap Asy’ariyah adalah Abu al-Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari, di
lahirkan di kota Bashrah (Irak) pada tahun 260/873 m dan wafat pada
tahun 324/935 m. waktu kecilnya menjadi murid setia dari Abu Ali
al-Jubai yang merupakan seorang
tokoh Mu’tazilah. aliran Mu’tazilah ini dianut oleh al Asy’ari sampai
berusia 40 tahun dan banyak mengarang buku-buku tentang ke Mu’tazilah.
Setelah
ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan Abu Ali Al-Jubba’i, salah
seorang pembesar Muktazilah. Hal itu menjadikan otaknya terasah dengan
permasalahan kalam sehingga ia menguasai betul berbagai metodenya dan
kelak hal itu menjadi senjata baginya untuk membantah kelompok
Muktazilah.
ketika
al-Asy’ari berusia 40 tahun, ia mengasingkan diri dari orang banyak,
kemudian ia pergi ke mesjid basyrah untuk menyatakan di depoan orang
banyak bahwa ia semula memeluk paham Mu’tazilah seperti
mengatakan al-qur’an itu makhluk, Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata
kepala di akhirat, manusia sendiri yang menciptakan pekerjaan dan
keburukan, ia mengatakan bahwa ia tidak lagi mengikuti faham-faham
tersebut dan ia harus menunjukkan kelemahan ajaran Mu’tazilah.
diantara
kelemahan Mu’tazilah menurut Asy’ari terlihat dari percakapannya
sewaktu ia membantah gurunya tentang ajaran ‘Al-asylah’(keharusan
mengerjakan yang baik bagi tuhan )dari mu’tazilah, percakapan itu adalah
:
Al-asy’ari :bagaiman pendapat tuan tentang orang mu’min, orang kafir, dan anak kecil yang mati?
Al-jubai :orang
mu’min mendapat tingkatan yang tertinggi atau surga, orang kafir masuk
neraka, dan anak kecil termasuk orang yang selamat.
al-asy’ari :jika anak kecil tersebut ingin mencapai tingkatan tertinggi, dapatkah ia mencapainya ?
al-juba’I :tidak
dapat karena akan di katakana kepadanya “orang mu’min tersebut
mendapatkan tingkatan tertinggikarena ia menjalankan keta’atan,
sedangkan engkau tidak menjalankan hal demikian
al-asy’ari :anak
kecil itu akan menjawab :itu bukan salah saya sekiranya tuhan
menghidupkan saya sampai dewasa, tentu saya akan mengerjakannya seperti
orang mu’min tersebut.
al-jubai :
tuhan akan berkata :aku lebih atahu tentang engkau, kalau engkau hidup
sampai dewasa tentu akan mendurhakai aku dan aku akan menyiksa engkau.
jadi aku mengambil yang lebih baik bagimu dengan mematikan engkau
sebelum dewasa”
al-asy’ari :jika
orang kafir tersebut berkata: ya tuhan engkau mengetahui keadaanku dan
anak kecil tersebut, mengapa terhadap akau engkau tidak mengambil
tindakan yang lebih baik bagiku dengan di matikan waktu kecil
al-jubai : terdiam dan tidak dapat menjawab lagi
tidak
terbatas pada itu saja alasan asy’ari meninggalkan aliaran mu’tazilah,
selain karena ketidak puasannya dengan konsep aliran tersebut, tetapi
juga karena melihat perpechan yang terjadi dikalangan umat islam yang
bisa menghancurkan mereka jika tidak di akhiri. asy’ari sangat
mengkhawatirkan al-qur’an menjadi korban paham mu’tazilah yang melakukan
berbagai macam interpretasi yang sebagian tidak dapat dibenarkan ,
karena didasarkan pada pemikiran semata, dengan meninggalkan ruh dari
nash-nash itu. asy’ari mengambil jalan modered antara golongan
rasionalis mu’tazilah dengan golongan tekstualis yang dipegangi
mayoritas umat islam.
jadi
terlihat ikhlasnya perjuangan asy’ari sebagai pencetus aliran
asy’ariyah demi menjaga keutuhan umat dan kesucian ajaran agama islam
B. Tokoh-Tokoh dan Konsep Ajarannya
salah
satu unsure kemajuan aliran asy’ari ialah karena banyak diantara
pengikut-pengikutnya orang terkemuka yang mengkonsentrasikan
ajaran-ajaran atas dasar filsafat metafisika. Tokoh-tokoh itu adalah
al-baqillani, al-Juaini, al-Ghazali, dan Assanusi
1. Al-Baqillani
nama
lengkapnya adalah abu bakar Muhammad bin tayyib, ia dilahirkan di
basyrah dan wafat pada tahun 403 h/1031 m. beliau amat cerdas dan
merupakan seorang pejuang islam. kitabnya yang terkenal ialah At-Tamhid
(pendahuluan/persiapan). dalam kitab ini dijelaskan beberapa persyaratan
sebelum mempelajari ilmu kalam, antara lain pembicaraan jauhar(atom)
dan cara pembuktian.
jauhar
adalah suatu yang mungkin, bisa merupakan wujud dan bisa juga merupakan
tidak wujud seperti aradl dan jissimyang kesemuanya itu di wujudkan
allah. setiap aradl mempunyai lawan aradl misalnya hidup lawannya mati ,
baik lawannya buruk, panas lawannya dingin, dan sebagainya.
dari
pendapat di atas mengakibatkan bahwa dalam alam ini tidak ada hokum
yang pasti seperti yang dikatakan mu’tazilah, karena penggantian dan
penggabungan aradl tidak terjadi secara otomatis menurut tabi’atnya,
tetapi karena allah. di sinilah bisa terjadi adanya mu’jizat allah
karena mu’jizat terjadi akibatkhawariqul adah (keluar kebiasaannya)
yaitu keluar dari hokum kausalitas (sebab-akibat)
pengingkaran
terhadap hokum kausalitas ini menjadi dasar dari aliran asy’ari,
sehingga orang yang menganut hokum ini sering menghubungkan dengan
kekuatan bekerja, mewujudkan kepada sebab-sebab lahir.orang ini di
hukumkan kafir oleh oleh kaum asy’ari.
2. Al-Juaini
nama
lengkapnya adalah abu al-ma’aly bin abdillah, ia di lahirkan di
naisabur yang kemudian berpindah ke bagdad. kemudian ia pindah ke hejaz
karena dibenci oleh ahli-ahli haditsdisebabkan beliau terlalu menjunjung
tinggi kekuatan akal. ia kembali ke naisabur setelah diminta pulang
oleh nizam al-mulk untuk memberikan pelajaran khusus paham asy’ariyah
diperguruan yang didirikan oleh nizam tersebut yang di beri nama
madrasah nizamiah.
al-juwaini
adalah orang pertama yang berpendapat bahwa alam ini baru (dahulunya
tidak ada, atau adanya didahului oleh tidak ada). al-juwaini membagi
sifat tuhan kepada dua macam yaitu :
a. sifat nafsiyah, yaitu yang ada pada zat tuhan tanpa ‘ilat.
b. sifat maknawiyah, yaitu sifat yang timbul sebagai kelanjutan sifat nafsiyah.
al-juwaini
membuktikan wujud tuhan dengan wujudnya makhluk. terhadap ayat-ayat
mutasyabihat ia mempergunakan ta’wil sebagai sutu keharusan.
3. Al-Ghazali
nama lengkapnya adalah abu hamid bin Muhammad al-ghazali, ia dilahirkan di kota tus-khurasan, ia merupakan murid dari al-juwaini. jabatan yang pernah di pegangnya adalah mengajar di sekolah nizamiyah Baghdad.
al-ghazali
adalah seorang ahli fikir islam yang terkenal dan paling banyak
pengaruhnya. kegiatan ilmiahnya meliputi berbagai lapangan antara lain
logika, jadad (ilmu berdebat). fiqh dan ushul-nya, ilmu kalam, filsafat
dan tasawuf.
kedudukan
al-ghazali dalam aliran asy’ariyah sangat penting, karena iia telah
meninjau semua persoalan yang telah ada dan memberikan
pendapat-pendapatnya yang hingga kini masih dipegangi ulama-ulama islam,
yang karenanya ia mendapat gelar ‘hujjatul islam’
diantara
kitab dari al-ghazali ini berisi pernyataan simpatik terhadap ilmu
kalam, ilmu kalam tidak lain sifatnya sebagai obat, yang meskipun
berguna bagi suatu penyakit, tetapi belum tentu berguna bagi penyakit
lainnya, malahan bisa membahayakan, apalagi sebagian bidang dari ilmu
ini tidak lagi membicarakan hal-hal yang bertalian dengan agama.
bagaimanapun
sikap al-ghazali terhadap ilmu kalam, namun ia masih tetap setia kepada
pokok-pokok persoalan yang pernah dibahas oleh al-asy’ari, disamping
memperluas dan memperdalam lapangan pembicaraannya dan memperbaharui
metodenya, seperti melanjutkan penggunaan metode logika aristo. metode
yang baru itu Nampak jelas dalam kitabnya “tahafud al-falasiyah,
al-ra’du ala al-batiniyah, al-istishad fi ilmi al-I’tikad dan ar-risalah
al-qudsiyah, dll.
memang
sukar untuk menebak konsistensi sikap dari al-ghazali ini, karena
logikanya yang luas dan penyelidikannya yang bebas , ia lebih tepat
dikatakan pengikut mu’tazilah, bukan pengikut asy’ariyah, tetapi disisi
lain ia mencela para filosof, karena bermain-main dengan barang yang
suci. pada akhirnya tasawuflah jalan satu-satunya yang ditempuh
al-ghazali untuk mengabdikan dirinya kepada tuhan.
4. Al-Sanusi
nama
lengkapnya adalah abu abdillah Muhammad bin yusuf, ia dilahirkan di
tilimisan sebuah kota di aljazair. ia belajar pada ayahnya sendiri dan
orang-orang lain terkemuka di negerinya, kemudian melanjutkan
pelajarannya dikota al-jazair pada seorang ahli bernama abdul rahman
ats-tsa’aliby.
ia
adalah pembangun islam, karena jasa dan karyanya yang banyak dalam
lapangan aqidah dan ketuhanan (ilmu tauhid). adapun kitab-kitabnya yang
terkenal adalah “aqidah ahli al tauhid” dengan syrahnya “umdah ahli
al-taufiq wa al-tasydid”(pegangan ahli kebenaran), maksudnya ahli
sunnah.dan kitab ummul barahin disebut juga “risalah al-sanusiyah”, ini
merupakan bukunya yang terakhir yang memberi pengaruh yang besar dalam
dunia asy’ariyah, sehingga banyak yang memberikan ulasan terhadap kitab
tersebut, karena didalamnya terdapat pembagian sifat-sifat tuhan,
rasul-rasulnya kepada jumlah tertentu, dan membaginya kepada yang wajib,
mustahil dan jaiz. buku ini sangat di gemari di Indonesia,
karena kepraktisannya, sehingga aliran asy’ariyah atau ahli sunnah yang
ada di negri ini adalah yang bercocok sanusiyah.
C. Ulasan Terhadap Aliran Asy’ariyah
pokok-pokok
pikiran imam asy’ari dan tokoh-tokohnya merupakan jalan tengah antara
golongan rasionalis dan tekstualis. setelah mereka mempercayai isi
al-qur’an dan hadits ia mencari alasan-alasan dari akal untuk
memperkuatnya. jadi mereka tidak menganggap akal sebagai hakim atas
nash-nash agama untuk menta’wilkan dan melampaui ketentuan arti
lahirnya, melainkan dijadikan penguat arti lahir nash tersebut. mereka
juga tidak meninggalkan cara yang lazim dipakai oleh ahli filsafat dan
logika, sesuai dengan alam pikiran dan selera masanya.
aliran
asy’ariyah sepeninggal pendirinya mengalami perkembangan dan perubahan
yang cepat, karena pada akhirnya aliran ini cendrung kepada segi akal
murni yang mendahulukannya dari pada nash dan memberinya tempat yang
lebih luas. pada saat itu al-juwaini telah berani memberikan ta’wilan
terhadap ayat-ayat mutasyabihat, sedangkan bagi alghazali pertalian
antara dalil aqal dan naqal adalah kalau dalil aqal merupakan suatu
fundamen bagi suatu bangunan, maka dalil-dalil syara’ merupakan bangunan
itu sendiri
kecendrungan
inilah yang menyebabkan mengapa orang-orang pengikut mazhab hanbali
(ahlu sunnah) merasa tidak puas terhadap aliran asy’ariyah dan
menganggap aliran ini telah sesat (bid’ah), sehingga aliran ini dimusuhi
dengan mengadakan perlawanan yang sengit , seperti yang telah
dilakukannya terhadap aliran mu’tazilah dan puncak perlawanan terjadi
pada ibnu taimiyah.
kegiatan
asy’ariyah sesudah adanya permusuhan ini menjadi berkurang sehingga
datang mizamul mulk, seorang mentri saljuk yang mendirikan dua sekolah
terkenal dengan namanya, yaitu nizamiyah di nizabur dan di Baghdad.
didua sekolah ini hanya aliran asy’ariyah saja yang boleh diajarkan .
sejak saat itu aliran asy’ariyah menjadi aliran resmi Negara dan golongan asy’ari menjadi golongan ahli sunnah.
bagaimanapun
juga prinsip yang dipegang aliran ini , namun aliran ini dapat
menggantikan aliran mu’tazilah serta tempat tumbuhnya bibit pemula
munculnya aliran-aliran dibelakangnya,seperti maturidiyah, ahlu sunnah
wal jama’ah, aliran salaf dan aliran wahabiyah yang dipegang oleh
kebanyakan kaum muslimin sampai sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
A.Malik,Ridwan.2007.Tauhid Ilmu Kalam.Batusangkar:Stain Batusangkar Press
No comments:
Post a Comment